Once Upon A Time #12
Bagian Pulmonologi (Ilmu Paru dan Kedokteran Respirasi)
Berakhir Dengan RJP
Sudah hampir 4 minggu penuh saya menjalani stase Pulmonologi. Stase di mana saya akhirnya menggunakan masker, yang telah dibeli di awal perkoasan, dengan rutin, dan akhirnya habis. Koas stase ini paling mudah dikenali, bermasker kemana saja.
Stase pulmonologi adalah stase yang sangat menyenangkan. Residennya baik, kakak perawatnya baik dokter supervisor nya juga tak kalah baik. Hanya satu yang jahat, bakterinya :(
Setiap pagi saat bertemu residen, mereka akan bertanya pada kami,
"Sudah sarapan, dek?"
Seperti akan mendapat perhatian khusus untuk 1 bulan ke depan :) Tetapi menjaga asupan makan dan kebugaran selama berada di stase ini memang sangatlah penting. Oleh karena itu, setiap hari minggu kami wajib mengikuti senam bersama dengan residen.
Suatu hari di jaga dan dinas terakhir, saya bertugas di bagian kanker paru. Salah satu pasien yang akhirnya membuat saya melakukan RJP untuk pertama dan terakhir kalinya di bagian pulmo. Beliau adalah seorang ibu usia 60an. Seorang wanita yang sangat ramah, murah senyum, dan snagat akrab dengan dokter dan kakak perawat. Anak-anaknya juga sangat ramah. Salah satu anak yang sering menjaganya bahkan sangat akrab kepada kami para koass.
Hari itu, keadaan si ibu mulai menurun. Beliau sudah mengalami penurunan kesadaran, dan anaknya mulai menghubungi keluarga yang lain mengenai kondisinya. Sang suami juga hadir, serta semua anak-anaknya. Sebelunnya dokter memang telah melakukan informed consent kepada sang anak mengenai kondisi ibu yang memburuk, dan dia menerima itu. Dibacakanlah do'a-do'a dan diputarlah kidung rohani di sekitar beliau. Tangan dan kakinya mulai dingin. Tekanan darahnya semakin turun. Hingga tiba saatnya, ketika si anak datang menyampaikan dan meminta tolong kepada dokter untuk melihat kondisinya ibunya.
"Dok, saya minta tolong lihat keadaan ibu saya sebentar, dok."
Tidak dalam keadaan panik, si anak dengan tenang meskipun dengan raut wajah sedih dan seperti kehilangan harapan, dia datang menghampiri dokter. Saya yang saat itu bertugas untuk mengobservasi beliau kemudian memberitahu dokter kalau pasien dalam keadaan apneu (henti napas). Dokter kemudian mempersiapkan instrumental code blue, dan memulai RJP. Bergantian dengan teman koass dan kakak perawat laki-laki, dokter terus melakukan RJP pada beliau. Keluarga yang ada mulai tersedu, sangat sedih dengan kondisi yang ada.
Setelah 30 menit RJP dan pasien tidak ada perubahan kondisi, dokter kemudian menanyakan keapda keluarga apakah RJP terus dilakukan atau diberhentikan.
"Pak, ini sudah 30 menit kami melakukan RJP, namun ibu belum ada respon. Apabila bapak ingin kami berhenti, kami akan berhenti. Namun, bila bapak dan keluarga memutuskan untuk tetap melanjutkan usaha ini, kami akan meneruskannya."
Setelah perundingan antara keluarga, suami dan saudara si ibu tetap kekeuh untuk melanjutkan RJP. Saya dapat melihat di mata mereka, betapa mereka belum siap kehilangan si ibu. Beliau sepertinya adalah seorang yang sangat baik di masa hidupnya, hingga kepergiannya sangatlah susah untuk direlakan.
Dokter kemudian melanjutkan RJP. Hingga beberapa siklus, si anak yang rutin menjaga sang ibu di RS kemudian mulai menitikkan air mata. Dia berbicara kepada paman dan ayahnya serta keluarga lainnya untuk segera menghentikan RJP yang masih berlangsung. Mungkin, dia sudah tidak tahan melihat ibunya seperti tersiksa dengan keadaan saat itu. Suami dan saudaranya akhirnya luluh.
"Baik pak, bu. Ibu sudah tidak ada ya. Kami sudah melakukan semampu kami, namun kamu juga mohon maaf tidak bisa menyelamatkan beliau."
Berjatuhanlah air mata keluarga si ibu. Suami, saudara, dan anak-anaknya menangis, sedih, ditinggalkan oleh sosok yang pastinya sangat berharga. Si anak yang rutin menemani beliau di RS adalah yang paling terlihat sedih. Dia yang dulunya sangat tegar, tidak pernah menampakkan kesedihan bahkan di saat ibunya sudah akan meninggalkan dunia, pertahanannya akhirnya roboh. Dia terduduk, menangis, sambil memegang kaki si ibu.
Saya? Saya masih membayangkan beberapa hari yang lalu saat saya dinas di tempat itu, dan beliau masih tertawa, tersenyum saat ditegur dokter karena masih saja berjalan ke WC untuk BAK, padahal seharusnya beliau istirahat total di tempat tidur.
Aah benar kata orang, ajal tidak ada yang tahu. Hari ini kita masih bisa tertawa. Namun, siapa sangka esok, beberapa jam kemudian, bahkan sedetik kemudian, kita pergi meninggalkan dunia. Berbuat baiklah kepada sesama selagi masih di alam fana, karena kelak, mungkin itu yang akan menyelamatkanmu di alam yang abadi.
🖤 Muugy 🖤
Belum ada Komentar untuk "Once Upon A Time #12"
Posting Komentar