Hidupmu Bukan Milikmu Sendiri




Ada suatu saat di mana saya ingin mengakhiri semuanya dan pergi dari dunia ini. Saat itu, saya hanya memikirkan diri sendiri, dan sakit yang saya alami. Hanya saya yang merasakannya, dan hanya dengan pergi dari dunia ini, sakit itu akan menghilang. Namun, dengan pertolongan dari-Nya melalui beberapa orang dekat, hingga nan jauh di sana, saya dapat bertahan di dunia ini. Sakit itu juga perlahan menghilang.

Dulu, saya hanya memikirkan diri sendiri. Oleh karena itu, saya ingin mengakhiri hidup. Namun tidak pernah terpikirkan sebelumnya luka apa yang akan saya timbulkan bagi orang lain dengan kepergian itu, rasa sakit apa yang akan dirasakan oleh orang lain. Kala itu, yang terpikirkan hanyalah saya adalah orang yang tidak berguna. Tidak ada yang peduli dengan saya, tidak ada yang akan merasa kehilangan dengan kepergian saya. Saya bukanlah mahasiswa teladan yang menjadi kebanggan kampus, bukan pula anak kesayangan kedua orangtua saya, bukan teman baik yang dapat memahami perasaan teman saya sendiri meskipun teman saya tidaklah banyak. Saat itu, saya merasa kepergian saya tidak akan berpengaruh. Ya, mungkin akan ada kesedihan, namun itu akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Mugkin akan ada ucapan turut berduka cita, serta mungkin lainnya yang hanya sebatas kemungkinan. 

Namun, dengan pertolongan dari-Nya, saya masih ada di dunia ini, dan membagikan kisah yang saya alami. Barulah saya tersadar, saat merasa kesepian dan jauh dari-Nya, memang akan timbul berbagai bisikan dan godaan yang akan semakin menjerumuskan ke dalam kesepian dan kesedihan itu. Saya bukanlah orang yang ahli dalam agama, hanya seorang hamba biasa yang berusaha untuk lebih mengenal agama yang dianutnya, namun ini adalah hal terbaik yang bisa saya bagikan.

Suatu ketika, saya membuka berbagai video dokumenter mengenai orang-orang yang ditinggal bunuh diri oleh orang tercintanya. Tanpa terasa, air mata ini mengalir saat terbayang wajah ibu, ayah, adik dan kakak saya. Semuanya berkecamuk dan membawa saya pada sebuah perundingan antara hati dan logika, pikiran dan perasaan.

Kemudian, saya kembali tersadar saat menonton sebuah film (I'm a movie maniac, actually). Di film itu ada seorang perempuan yang melakukan bunuh diri karena merasa hidupnya tidaklah berarti, tanpa memikirkan Ibu yang sangat menyayanginya. Namun saat ia telah pergi, sang Ibu malah sangat terpukul dan sulit menerima kenyataan yang ada. Mungkin ia hanya memikirkan tentang sakit yang dirasakannya saat itu dan ingin menghilangkannya dalam sekejap. Namun, itu tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang dialami oleh sang Ibu. Membayangkan anak yang kau bawa sejak masih berbentuk zigot, melahirkannya dengan rasa sakit tak terhingga, menyusui, memandikan, mengganti popok, hingga memberinya makan tanpa kenal lelah, mengajarkannya tentang segala hal tanpa kenal menyerah, akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri tanpa ada kata perpisahan, adalah sakit yang sangat sakit.

Mungkin tulisan ini tidak akan diterima begitu saja oleh mereka yang sedang mengalami rasa sakit tak terhingga dalam hidupnya, sedang berada dalam masa yang paling kelam dalam hidupnya. Ya, saya juga pernah merasakan itu. Saat itu saya hanya memikirkan cara yang dapat saya tempuh untuk menghilangkan rasa sakit itu, dan bunuh diri adalah satu-satunya cara yang paling mungkin.

Sekali lagi, ya, karena di saat seperti itu, pikiran kita hanya berisikan bagaimana cara untuk keluar dari rasa sakit ini. Namun, cobalah untuk memikirkan, sedikit saja, apa yang akan terjadi pada kedua orangtuamu, atau saudaramu, atau orang yang paling dekat denganmu, bila mereka tahu kau pergi untuk selamanya tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk membantumu.

Ya, hidupmu bukan hanya milikmu. Setidaknya hargailah mereka yang telah menyayangimu sejak kecil. Atau mereka yang selalu ada disampingmu. Atau mereka yang selalu mencurahkan keluh kesahnya padamu, mereka  berharap kau juga mencurahkan keluh kesahmu padanya.

Hiduplah dengan bahagia :) Setidaknya, kau masih hidup. Ada jutaan orang di bawah sana yang memohon dengan sangat untuk dihidupkan kembali, bahkan untuk sesaat. Biarkanlah maut menjemputmu, bukan tugasmu untuk menjemputnya.

Friday, June 12th 2020
Nowhere like home
pinuspines

2 Komentar untuk "Hidupmu Bukan Milikmu Sendiri"

  1. Hiduplah dgn bahagia wanita tangguh nan cntk hatinya😘😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita semua bisa menjalani hidup ini dengan senyuman seperti dirimu yang senyumnya tak pernah pudar :)

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel