Once Upon A Time #8

Bagian Interna (Ilmu Penyakit Dalam)
Clark Kent Dalam Kostum Berwarna (hanya) Biru (tanpa merah)


Sedikit pengalaman saat jaga malam (jaga terakhir sebelum Lebaran) di salah satu RS tempat saya ber-koass ria. Karena RS tersebut merupakan rujukan Indonesia Timur, alhasil rerata pasien rawat inap adalah pasien dengan kondisi kesehatan yang cukup berat karena tidak mampu ditangani di RS perifer. Hal ini menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi pada beberap pasien stadium akhir. Untuk bagian interna sendiri, jaga malam di RS tersebut dibagi menjadi 5 (4 bagian rawat inap, 1 IGD). Namun ada 2 bagian rawat inap yang memiliki ruang perawatan khusus (HCU), yakni HCU atas dan HCU bawah, yang merupakan tempat bagi pasien yang cukup membutuhkan perhatian dan perawatan khusus terkait kondisi penyakitnya.

Malam itu, saya kebagian jaga di bagian rawat inap yang ada HCU nya, yakni HCU atas. Bagian ini cukup familiar buat saya, karena total saya sudah 4 kali mendapatkan jadwal jaga di bagian ini, yang membuat teman saya bercanda dengan mengatakan saya sudah sangat bersahabat dengan dokter residen jaga di bagian itu.

Sama seperti jaga-jaga sebelumnya, HCU atas malam itu full bed, dan ada seorang pasien prioritas di bed 5. Kami yang jaga harus memeriksa tanda-tanda vitalnya (TTV) per-jam, agar tidak ada yang luput dalam pengawasan. Sejak pukul 2 siang jaga dimulai, pasien ini sudah menunjukkan penurunan kesadaran. Dia terus saja mengigau, meracau tidak jelas. Dokter jaga di bagian itu, sebut saja dr. Fa, sempat mengatakan bahwa kondisinya tidak bagus.

Saat itu, saya berpikir, mungkin malam ini akan panjang, apalagi keesokan hari bukanlah hari dinas, yang ikut menambah jam jaga. Dan benar saja, malam itu, tak ada satupun dari kami yang sempat untuk sekedarkan merebahkan badan.

Malam panjang dimulai saat jam menunjukkan pukul 11 malam, saat di mana kami seharusnya mulai membagi shift jaga. Saat itu, kondisi pasien bed 5 HCU semakin menurun. Tensi 80/40, saturasi 73, suhu 38,3, dan sesak napas meski telah menggunakan NRM. Dr. Fa mulai memberi alarm kepada kami untuk semakin waspada. 1,5 jam kemudian, sekitar pukul 00.30 dini hari, pasien mulai tidak sadar. Dia tidak lagi meracau. Nafasnya semakin melambat.

Dr. Fa kemudian bersiap melakukan bagging, ditemani teman koas jaga lainnya, sedangkan saya diinstruksikan untuk mengambilkan lembar konsul.

"Ambil lembar konsul, dek."
"Ini, dok."
"Lengkapi identitas pasien. Tulis S dengan penurunan kesadaran, O dengan tensi dan saturasi, kemudian A dengan ancaman gagal nafas, pankreatitis akut, dan sepsis sofa score 11."
"Baik dok."
"Langsung layangkan ke anastesi sekarang."
"Baik, dok."

Saya bergegas menuju ICU, dengan selembar kertas konsul untuk diberikan pada residen anastesi. Sempat tersesat, namun akhirnya sampai. Tetapi, konsul untuk ancaman gagal nafas ternyata dilayangkan ke IGD. Saya kemudian segera menuju IGD (fyi, IGD dan ICU itu kayak utara dan selatan). Sesampainya di IGD, saya langsung menemui residen anastesi, setelah sempat menabrak seorang residen bedah (ini agak fatal sih).

"Permisi dok, mau mengantarkan konsul, dok."
"Dari mana dek?"
"Maaf dok, dari interna, dok."
"Oke dek. Tunggu bentar ya."
"..."

Saya yang bingung kemudian menunggu di dekat pintu, tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian saya merasakan HP saya bergetar, telepon dari teman jaga.
"Sudah dikasih ke residennya? Gimana?"
"Eh iya, sudah, tapi residennya bilang tunggu."
"Dr. Fa bilang, kasih tau ke residennya kalo ini ancaman airway."
"Eh oke."

Masih merasa ragu, namun akhirnya saya kembali menemui si residen yang tampaknya sedang berbicara tentang sesuatu yang urgent dengan residen lainnya.

"Mm maaf dok, konsulnya, itu ancaman gagal nafas, dok."
"Iya dek, tunggu ya, bentar."

Merasa gagal, akhirnya sudahlah. Saya kemudian memutuskan untuk meninggalkan IGD dan kembali ke HCU atas. Menyusuri koridoe RS yang kosong (benar-benar kosong, tak seorang pun tampak) membuat saya akhirnya benar-benar merasakan menjadi seorang koas, yang harus siap menghadapai apapun itu, sendirian.

Setibanya di HCU atas, saya sempat bingung mau ke mana, karena saya tidak berhasil membawa si residen anastesi bersama saya. Bahkan sempat terpikirkan untuk kembali ke IGD ketika akhirnya dia datang. Seorang clark kent (dia memakai kacamata berbingkai kotak) dalam seragam jaga berwarna biru benhur (setiap bagian memiliki warna seragam jaga nya masing-masing). Menenteng sebuah tas yang sepertinya amunisi seorang ahli anastesi. Sempat melewati ruangan tempat saya berada, namun dia kembali saat melihat saya, bermaksud untuk diarahkan ke tempat tujuan. Saya yang sedetik sempat terpana (eeh, ini terpana dengan ke-keren-an seorang ahli anastesi bersama dengan amunisinya lho ya, bukan karena yang lainnya), akhirnya menunjukkan ruangan yang dituju.

Setibanya di tempat pasien, dia langsung mengeluarkan amunisinya, dan memberikan informed consent dengan keluarga pasien (untungnya keluarga pasien cukup kooperatif), kemudian langsung mengerjakan tugasnya.

Dia mulai dengan mengeluarkan alat suction dan bagging, sedangkan kami koas jaga saat itu bergantian melakukan RJP terhadap pasien. Setelah terpasang lengkap, dia mulai melakukan tugasnya. Dia juga sempat mengajarkan kepada kami tentang apa yang sedang dilakukannya, dan cara mengecek tanda vital yang benar. Setelah cukup stabil, dia lalu menugaskan saya untuk melakukan bagging bergantian dengan teman yang lain, sedangkan dia beranjak untuk menangani hal lainnya.

Namun setelah berjuang selama hampur 3 jam, pasien itu tidak dapat terselamatkan. Keadaannya yang akut dan cukup berat, serta usia yang masih muda untuk penyakitnya (dan tentu saja, ajal), akhirnya pasien ini terlepas dari rasa sakit yang membuatnya turun kesadaran. Malam itu, perawatan penuh dengan pembesuk pasien ini, yang menandakan dia adalah orang baik di masa sehatnya.

Tugas kami terhadap pasien ini akhirnya selesai. Clark Kent KW pun akhirnya meninggalkan tempat. Sedangkan kami koas jaga beserta dr. Fa mengisi beberapa dokumen medis pasien ini dan kemudian bergegas untuk sahur.

Sampai jumpa di tingkat 2, Clark Kent KW.

Belum ada Komentar untuk "Once Upon A Time #8"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel